### Anak Butuh Kepercayaan Sejak Dini

Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat menentukan bagaimana karakter, kepercayaan diri, dan emosi anak terbentuk.
TRANSPARANN.COM – Masa 0 – 5 tahun adalah periode emas dalam perkembangan anak. Pola asuh yang diterapkan orang tua sangat menentukan bagaimana karakter, kepercayaan diri, dan emosi anak terbentuk. Sayangnya, banyak orang tua yang tanpa sadar menerapkan pola asuh yang tidak tepat, yang akhirnya menyebabkan anak tumbuh menjadi keras kepala, sering tantrum, dan kurang percaya diri.
Bagaimana pola asuh yang salah ini bisa berdampak buruk? Simak ulasan berikut agar Anda dapat menghindari kesalahan dalam mendidik anak sejak dini.
1. Anak Butuh Kepercayaan Sejak Dini (0-18 Bulan)
Pada usia 0-18 bulan, anak mulai membentuk kepercayaan terhadap orang tuanya. Ini adalah tahap di mana bayi belajar memahami apakah dunia di sekitarnya aman atau tidak.Orang tua yang sering membiarkan bayi menangis tanpa respons atau membentaknya membuat bayi merasa tidak aman. Hal ini bisa membuatnya tumbuh menjadi anak yang kurang percaya diri dan sulit membangun hubungan yang sehat di masa depan.
Sebaliknya, jika orang tua selalu menuruti semua keinginan anak tanpa batasan, anak akan terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah. Akibatnya, ia akan sulit menerima penolakan dan mudah tantrum saat keinginannya tidak terpenuhi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memberikan kasih sayang, tetapi tetap dengan aturan yang jelas.
Tips:
– Berikan perhatian yang cukup, tetapi tetap ajarkan batasan.
– Jangan langsung menuruti semua keinginan anak, ajarkan konsep menunggu.
– Respons tangisan anak dengan tenang, tanpa terburu-buru memanjakan atau mengabaikannya.
2. Selalu Dipuji dan Dituruti = Anak Keras Kepala
Banyak orang tua berpikir bahwa memuji anak setiap saat dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka. Padahal, pujian berlebihan tanpa alasan yang jelas justru bisa membuat anak menjadi keras kepala.
Orang tua yang selalu memuji setiap tindakan anak membuatnya merasa selalu benar dan sulit menerima kritik. Selain itu, jika orang tua selalu menuruti keinginannya, anak akan kesulitan memahami konsep penolakan dan kekecewaan. Akibatnya, saat menghadapi situasi yang tidak sesuai harapan, ia akan menangis berlebihan, berguling-guling, bahkan mengamuk.